Profil Desa Jetis

Ketahui informasi secara rinci Desa Jetis mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Jetis

Tentang Kami

Profil Desa Jetis, Kecamatan Loano, Purworejo. Mengupas peran strategisnya di tepi Sungai Bogowonto, denyut nadi industri bata merah dan genteng tradisional, serta potensi agraris di dataran rendah yang subur sebagai penopang utama kehidupan masyarakat.

  • Pusat Industri Bata Merah Tradisional

    Desa Jetis dikenal sebagai salah satu sentra utama pembuatan bata merah dan genteng press secara tradisional, menjadi pilar ekonomi non-pertanian yang vital bagi masyarakat.

  • Lokasi Strategis di Tepi Aliran Sungai Bogowonto

    Berada di dataran rendah yang subur di tepi Sungai Bogowonto, desa ini memiliki keunggulan geografis untuk pertanian sawah dan ketersediaan bahan baku untuk industri tanah liat.

  • Komunitas Pekerja Keras dengan Semangat Wirausaha

    Karakter masyarakat Desa Jetis dibentuk oleh etos kerja yang tinggi, baik sebagai petani maupun sebagai perajin/pengusaha di sektor industri bata merah yang menuntut ketekunan.

XM Broker

Berada di dataran rendah yang subur di tepi aliran Sungai Bogowonto, Desa Jetis menampilkan wajah Kecamatan Loano yang berbeda dari desa-desa di kawasan perbukitan. Jika desa-desa tetangganya di utara dikenal dengan perkebunan cengkeh dan gula kelapa, maka Desa Jetis kokoh berdiri di atas dua pilar ekonomi utama: lahan persawahan yang produktif dan industri pembuatan bata merah tradisional yang tak pernah padam. Nama "Jetis" sendiri dalam tradisi Jawa seringkali merujuk pada sebuah lokasi strategis di dekat perairan atau jembatan dan desa ini menghidupi nama tersebut dengan perannya yang vital di tepi sungai. Ini adalah kisah tentang desa para pekerja keras, tempat tanah liat dibentuk menjadi penyokong bangunan dan sawah digarap menjadi lumbung pangan.

Kondisi Geografis: Berkah Tanah Subur dan Material Sungai

Desa Jetis terletak di bagian selatan Kecamatan Loano, di mana topografi perbukitan mulai melandai menjadi dataran rendah yang subur. Posisi geografis ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Bogowonto yang mengalir di dekatnya, yang selama berabad-abad telah mengendapkan material aluvial subur yang ideal untuk pertanian. Secara administratif, Desa Jetis berbatasan dengan: Desa Banyuasin Purip di sebelah utara, Desa Kebon Gunung di sebelah timur, Desa Trirejo di sebelah selatan, dan Desa Kalinongko di sebelah barat.Berdasarkan data kependudukan terakhir, luas wilayah Desa Jetis ialah sekitar 1,55 kilometer persegi (155 hektare). Di atas lahan ini, bermukim sekitar 3.200 jiwa, menghasilkan tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, yaitu sekitar 2.065 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini menunjukkan bahwa Jetis adalah desa yang padat, maju, dan menjadi pusat aktivitas permukiman di kawasannya.Anugerah geografis terbesar bagi Jetis ialah dualitas fungsinya. Di satu sisi, hamparan dataran rendahnya menjadi lahan persawahan irigasi yang produktif. Di sisi lain, endapan tanah liat berkualitas tinggi di sekitar bantaran sungai menjadi bahan baku utama yang melahirkan industri andalan desa: pembuatan bata merah dan genteng.

Industri Bata Merah: Tungku yang Terus Mengepul

Pilar ekonomi yang menjadi ciri khas dan pembeda utama Desa Jetis ialah industri pembuatan bata merah dan genteng press. Hampir di setiap sudut desa, terutama di area yang berdekatan dengan persawahan, dapat ditemui tobong atau tempat pembakaran bata yang mengepulkan asap, menandakan denyut produksi yang terus berjalan. Industri ini telah menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar warga selama beberapa generasi.Proses produksi berjalan secara padat karya dan melibatkan hampir seluruh anggota keluarga. Para lelaki biasanya bertugas di bagian penggalian tanah liat, pencetakan, hingga proses pembakaran yang membutuhkan tenaga fisik yang kuat. Sementara itu, kaum perempuan seringkali terlibat dalam proses penjemuran bata mentah dan penyortiran bata yang sudah matang. Industri ini berjalan dalam skala rumahan hingga skala menengah, dengan puluhan pengusaha lokal yang mengelola unit-unit produksi."Usaha bata ini sudah turun-temurun dari kakek saya. Meskipun berat, dari sinilah kami bisa membangun rumah dan membiayai anak-anak. Bata dari Jetis sudah dikenal kualitasnya bagus, padat dan matangnya merata," ungkap salah seorang pengusaha bata merah setempat.Produk bata merah dan genteng dari Jetis tidak hanya memenuhi kebutuhan pembangunan di Kabupaten Purworejo, tetapi juga dipasarkan hingga ke kabupaten-kabupaten tetangga seperti Magelang dan Kulon Progo. Industri ini menjadi motor penggerak ekonomi non-pertanian yang sangat vital, menyediakan lapangan kerja dan menumbuhkan semangat wirausaha di kalangan masyarakat.

Perekonomian Agraris sebagai Fondasi Penopang

Meskipun industri bata merah menjadi ikonnya, fondasi ekonomi Desa Jetis tetap berakar kuat pada sektor pertanian. Lahan persawahan yang subur dan didukung oleh sistem irigasi yang baik dari aliran Sungai Bogowonto menjadikan Jetis sebagai salah satu desa lumbung padi di Kecamatan Loano. Para petani dapat menanam padi dua hingga tiga kali setahun dengan produktivitas yang baik.Selain padi, di lahan-lahan tegalan atau pekarangan, warga juga menanam berbagai tanaman palawija dan hortikultura untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk dijual di pasar lokal. Sinergi antara sektor pertanian dan industri bata merah terlihat jelas. Saat musim tanam atau panen, sebagian tenaga kerja dari industri bata beralih sementara menjadi buruh tani, dan sebaliknya. Fleksibilitas ini menciptakan model ketahanan ekonomi yang kuat bagi desa.

Kehidupan Sosial dan Komunitas Pekerja

Karakter masyarakat Desa Jetis sangat dibentuk oleh etos kerja yang tinggi. Baik di ladang maupun di tempat pembuatan bata, dibutuhkan ketekunan, kesabaran, dan kekuatan fisik. Kultur sebagai pekerja keras ini menjadi identitas komunal yang membanggakan. Semangat gotong royong juga masih sangat kental, terutama dalam proses produksi bata yang seringkali membutuhkan bantuan tetangga, misalnya saat memindahkan bata mentah dalam jumlah besar atau saat proses pembakaran.Pemerintah Desa Jetis, bersama dengan lembaga kemasyarakatan desa, berperan aktif dalam mendukung kedua pilar ekonomi warganya. Di sektor pertanian, dukungan diwujudkan melalui pengelolaan irigasi dan penyuluhan oleh kelompok tani. Di sektor industri, pemerintah desa berupaya memfasilitasi para pengusaha kecil dalam hal perizinan, akses permodalan, serta mencari solusi atas dampak lingkungan yang mungkin timbul, seperti pengelolaan limbah pembakaran.

Infrastruktur dan Fasilitas Desa

Sebagai desa yang padat dan produktif, infrastruktur di Desa Jetis tergolong baik. Jalan-jalan utama dan lingkungan desa telah terawat dengan baik untuk menunjang kelancaran transportasi, baik untuk mengangkut hasil panen maupun untuk distribusi bata merah dan genteng. Jaringan listrik dan telekomunikasi telah menjangkau seluruh wilayah.Fasilitas pendidikan dasar seperti Sekolah Dasar (SD) dan PAUD tersedia untuk melayani kebutuhan pendidikan anak-anak. Di bidang kesehatan, Posyandu dan keberadaan bidan desa menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat. Lokasinya yang berada di dataran rendah juga membuat akses menuju pusat kecamatan dan ibu kota kabupaten menjadi lebih mudah dan cepat.

Penutup

Desa Jetis adalah potret nyata dari sebuah komunitas yang ulet dan pandai memanfaatkan potensi alamnya. Desa ini berhasil membangun dua pilar ekonomi yang kokoh di atas anugerah geografisnya: kesuburan tanah untuk pertanian dan kekayaan tanah liat untuk industri. Lebih dari sekadar tumpukan bata merah, tungku-tungku di Jetis adalah simbol dari kerja keras, semangat wirausaha, dan denyut kehidupan yang tak pernah berhenti. Dengan terus menjaga keseimbangan antara sektor agraris dan industrinya, Desa Jetis akan terus menjadi pemasok pangan sekaligus fondasi pembangunan bagi wilayah sekitarnya.